Jumat, 31 Juli 2009

Belajar cepat baca Al-quran..

Metode Al-Bayan, Terobosan Baru dalam Belajar Baca Alquran


Bookmark and Share
Metode Al-Bayan, Terobosan Baru dalam Belajar Baca Alquran

JAKARTA--Belajar membaca Alquran sering kali harus berhadapan dengan rasa malu, malas dan gengsi, belum lagi panjangnya waktu pengajaran dan tingkat kesulitan metode pengajaran yang sering tak teratasi oleh sang guru, semua ini merupakan kendala yang selama ini dihadapi oleh mereka yang ingin bisa membaca Alquran dengan baik dan benar. Berbagai metode telah ditawarkan guna menghilangkan stigma tersebut. KH Otong Surasman adalah salah satu Sarjana Alquran yang menawarkan terobosan baru dalam belajar membaca Alquran.

Berangkat dari hasil penelitiannya saat menempuh kuliah pascasarjana di Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta, Otong berhasil menemukan sebuah cara belajar baca Alquran dengan metode ilmiah dan sistematis.

Metode yang dia sebut Al-Bayan ini memungkinkan pelajar dengan cepat dapat baca Alquran. Jika metode lain membutuhkan waktu paling cepat setahun, metode Al-Bayan mampu mempersingkat waktu menjadi tiga bulan saja. "Dengan rentang pengajaran antara 16-18 pertemuan, siswa bisa dengan lancar baca Alquran, termasuk pemahamam ilmu tajwid yang paling pokok," ujar dia kepada Republika Online di Jakarta, Jumat (31/7).

Menurut Otong, penguasaan ilmu tajwid merupakan suatu keniscayaan untuk dapat membaca Alquran dengan baik dan benar. Hal ini, kata dia, berdasarkan Firman Allah yang artinya, "Bacalah Alquran itu dengan tartil (perlahan-lahan)." Jadi, Alquran harus dibaca dengan baik dan benar, panjang dan pendeknya, jelas dan dengungnya serta perenungan isi kandungannya. Otong mengakui kebanyakan metode selama ini belum memaknai hal ini secara utuh. Membaca Alquran bukanlah asal bunyi tapi ada aturannya. Bagi beberapa metode, masih menurut dia, menganggap tajwid sebagai kendala siswa dalam mempelajari Alquran dengan cepat, karenanya mereka cenderung tidak menganggap penting arti tajwid ini. Metode Al-Bayan menghadirkan ilmu tajwid dengan sangat mudah dan praktis, sehingga tidak akan menggagu kecepatan siswa dalam kemampuannya baca Alquran.

Hal terpenting yang diajarkan metode Al-Bayan, masyarakat dapat mengetahui riwayat tata baca Alquran. Selama ini, kata dia, pengenalan riwayat baca Alquran belum begitu mendalam. Banyak metode malah terkesan mencampuraduk riwayat pembacaan Alquran. Metode Al-Bayan secara jelas mengacu pada riwayat Imam Hafs 'an 'Ashim Tariq Asy-Syatibiyaah di mana setiap materi yang diberikan berdasarkan contoh-contoh langsung dari Alquran. "Jadi tak heran, seusai diberikan materi, murid dapat dengan lancar membaca Alquran," tegasnya.

Kelebihan lain, metode Al-Bayan mengacu pada mushaf rasm al-Ustmani, banyak kemudahan yang dinilai ustadz Otong pada mushaf ini, dengan hanya melihat tanda saja dapat diketahui mana yang harus dibaca panjang dan mana yang harus dibaca pendek atau mana yang harus dibaca dengung atau jelas. "Intinya, metode ini mempermudah murid untuk mencerna apa yang diberikan. Mengingat setelah bisa membaca, banyak pr yang harus dikerjakan seperti tafsir Alquran misalnya," tukas dia.

Selama 14 tahun, metode Al-Bayan terus mengalami perkembangan. Pertama kali muncul diberi nama "Kunci Prakatis Membaca Alquran dengan Baik dan Benar". Metode ini diajarkan pertama kali di TKA/TPA. Kemudian berubah nama menjadi "Kunci Prkatis Membaca Alquran dengan Baik dan Benar, Bacaan Alquran Riwayat Hafsh 'an 'Ashim Thariq Syathibiyyah." Metode ini mulai diterapkan pada jamaah ibu-ibu dan remaja putri di Bekasi. Otong juga sempat mengajarkan metode ini melalui salah satu Radio di Bekasi dan pembelajaran interakatif melalui telepon dengan dipandu secara langsung oleh Otong. Waktu berselang, namanya diubah menjadi "Metode Insani Kunci Praktis Membaca Alquran Baik dan Benar" dan terakhir diberi nama "Metode Al-Bayan."

Meskipun metode ini belum menyebar ke seluruh Indonesia, metode yang terus dikembangkan Otong ini telah dikenal di beberapa wilayah Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Berbagai seminar dan pengadaan pengajian pun rutin dilakukan Otong guna memasyarakatkan metode ini. Karena menurut Otong, tak ada kata terlambat untuk terus mempelajari Alquran. Sekarang, bukan hanya umat Islam yang menggali Alquran, masyarakat Barat juga sudah memulai untuk terus mengkaji kandungan Alquran. Maka dari itu, dirinya berharap dengan memulai belajar membaca dengan baik dan benar menjadi awal guna mendalami rahasia demi rahasia Alquran. cr2/taq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar