Jumat, 31 Juli 2009

Belajar cepat baca Al-quran..

Metode Al-Bayan, Terobosan Baru dalam Belajar Baca Alquran


Bookmark and Share
Metode Al-Bayan, Terobosan Baru dalam Belajar Baca Alquran

JAKARTA--Belajar membaca Alquran sering kali harus berhadapan dengan rasa malu, malas dan gengsi, belum lagi panjangnya waktu pengajaran dan tingkat kesulitan metode pengajaran yang sering tak teratasi oleh sang guru, semua ini merupakan kendala yang selama ini dihadapi oleh mereka yang ingin bisa membaca Alquran dengan baik dan benar. Berbagai metode telah ditawarkan guna menghilangkan stigma tersebut. KH Otong Surasman adalah salah satu Sarjana Alquran yang menawarkan terobosan baru dalam belajar membaca Alquran.

Berangkat dari hasil penelitiannya saat menempuh kuliah pascasarjana di Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta, Otong berhasil menemukan sebuah cara belajar baca Alquran dengan metode ilmiah dan sistematis.

Metode yang dia sebut Al-Bayan ini memungkinkan pelajar dengan cepat dapat baca Alquran. Jika metode lain membutuhkan waktu paling cepat setahun, metode Al-Bayan mampu mempersingkat waktu menjadi tiga bulan saja. "Dengan rentang pengajaran antara 16-18 pertemuan, siswa bisa dengan lancar baca Alquran, termasuk pemahamam ilmu tajwid yang paling pokok," ujar dia kepada Republika Online di Jakarta, Jumat (31/7).

Menurut Otong, penguasaan ilmu tajwid merupakan suatu keniscayaan untuk dapat membaca Alquran dengan baik dan benar. Hal ini, kata dia, berdasarkan Firman Allah yang artinya, "Bacalah Alquran itu dengan tartil (perlahan-lahan)." Jadi, Alquran harus dibaca dengan baik dan benar, panjang dan pendeknya, jelas dan dengungnya serta perenungan isi kandungannya. Otong mengakui kebanyakan metode selama ini belum memaknai hal ini secara utuh. Membaca Alquran bukanlah asal bunyi tapi ada aturannya. Bagi beberapa metode, masih menurut dia, menganggap tajwid sebagai kendala siswa dalam mempelajari Alquran dengan cepat, karenanya mereka cenderung tidak menganggap penting arti tajwid ini. Metode Al-Bayan menghadirkan ilmu tajwid dengan sangat mudah dan praktis, sehingga tidak akan menggagu kecepatan siswa dalam kemampuannya baca Alquran.

Hal terpenting yang diajarkan metode Al-Bayan, masyarakat dapat mengetahui riwayat tata baca Alquran. Selama ini, kata dia, pengenalan riwayat baca Alquran belum begitu mendalam. Banyak metode malah terkesan mencampuraduk riwayat pembacaan Alquran. Metode Al-Bayan secara jelas mengacu pada riwayat Imam Hafs 'an 'Ashim Tariq Asy-Syatibiyaah di mana setiap materi yang diberikan berdasarkan contoh-contoh langsung dari Alquran. "Jadi tak heran, seusai diberikan materi, murid dapat dengan lancar membaca Alquran," tegasnya.

Kelebihan lain, metode Al-Bayan mengacu pada mushaf rasm al-Ustmani, banyak kemudahan yang dinilai ustadz Otong pada mushaf ini, dengan hanya melihat tanda saja dapat diketahui mana yang harus dibaca panjang dan mana yang harus dibaca pendek atau mana yang harus dibaca dengung atau jelas. "Intinya, metode ini mempermudah murid untuk mencerna apa yang diberikan. Mengingat setelah bisa membaca, banyak pr yang harus dikerjakan seperti tafsir Alquran misalnya," tukas dia.

Selama 14 tahun, metode Al-Bayan terus mengalami perkembangan. Pertama kali muncul diberi nama "Kunci Prakatis Membaca Alquran dengan Baik dan Benar". Metode ini diajarkan pertama kali di TKA/TPA. Kemudian berubah nama menjadi "Kunci Prkatis Membaca Alquran dengan Baik dan Benar, Bacaan Alquran Riwayat Hafsh 'an 'Ashim Thariq Syathibiyyah." Metode ini mulai diterapkan pada jamaah ibu-ibu dan remaja putri di Bekasi. Otong juga sempat mengajarkan metode ini melalui salah satu Radio di Bekasi dan pembelajaran interakatif melalui telepon dengan dipandu secara langsung oleh Otong. Waktu berselang, namanya diubah menjadi "Metode Insani Kunci Praktis Membaca Alquran Baik dan Benar" dan terakhir diberi nama "Metode Al-Bayan."

Meskipun metode ini belum menyebar ke seluruh Indonesia, metode yang terus dikembangkan Otong ini telah dikenal di beberapa wilayah Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Berbagai seminar dan pengadaan pengajian pun rutin dilakukan Otong guna memasyarakatkan metode ini. Karena menurut Otong, tak ada kata terlambat untuk terus mempelajari Alquran. Sekarang, bukan hanya umat Islam yang menggali Alquran, masyarakat Barat juga sudah memulai untuk terus mengkaji kandungan Alquran. Maka dari itu, dirinya berharap dengan memulai belajar membaca dengan baik dan benar menjadi awal guna mendalami rahasia demi rahasia Alquran. cr2/taq

Minggu, 26 Juli 2009

Kemuliaan Hati ( Akhlak )..

Keutamaan Akhlak

Bookmark and Share

"Muslim yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya." (HR Tirmidzi dan Ahmad).Hadis ini mengungkapkan hal yang sangat penting dalam Islam, yaitu akhlak. Selain masalah tauhid dan syariat, akhlak memiliki porsi pembahasan yang sangat luas.

Secara etimotogi akhlak terambil dari akar kata khuluk yang berarti tabiat, muruah, kebiasaan, fitrah, atau naluri. Sedangkan secara syar'i, seperti diungkapkan Imam Al-Ghazali, akhlak adalah sesuatu yang menggambarkan perilaku seseorang yang terdapat dalam jiwa yang baik, yang darinya keluar perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya.

Jika sumber perilaku itu didasari oleh perbuatan yang baik dan mulia, yang dapat dibenarkan oleh akal dan syariat, maka ia dinamakan akhlak yang mulia. Namun, jika sebaliknya, maka ia dinamakan akhlak yang tercela. Abu Hurairah ra. mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah SAW pernah ditanya tentang kriteria orang yang akan masuk syurga. Beliau menjawab, "Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik" (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Tatkala Rasulullah SAW menasihati sahabatnya, beliau menggandengkan nasihat untuk bertakwa dengan nasihat untuk berakhlak baik pada manusia. Ada sebuah riwayat dari Abi Dzar Al-Ghiffary bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik" (HR Tirmidzi).

Benar, tauhid adalah inti dan pokok ajaran Islam yang harus selalu diutamakan. Namun, hal ini tidak berarti mengabaikan akhlak sebagai penyempurna. Tauhid dan akhlak sangat berkaitan erat, karena tauhid adalah realisasi akhlak seorang Muslim.

Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Makin sempurna tauhid seseorang, akan semakin baik pula akhlaknya. Sebaliknya, tatkala seorang hamba memiliki akhlak buruk, berarti akan lemah pula tauhidnya. Akhlak adalah tolak ukur kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah SAW bersabda, "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya" (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Setidaknya ada enam dimensi akhlak dalam Islam, yaitu:
1. Akhlak kepada Allah SWT. Diaplikasikan dengan cara mencintai-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, malu berbuat maksiat, selalu bertobat, bertawakkal, dan senantiasa mengharapkan limpahan rahmat-Nya.

2. Akhlak kepada Rasulullah SAW. Diaplikasikan dengan cara mengenalnya lebih jauh, kemudian berusaha mencintai dan mengikuti sunnah-sunnahnya, termasuk pula banyak bershalawat, menerima seluruh ajaran beliau dan menghidupkan kembali sunnah-sunnah yang beliau contohkan.

3. Akhlak terhadap Alquran. Diaplikasikan dengan membacanya penuh perhatian, tartil. Kemudian berusaha untuk memahami, menghapal, dan mengamalkannya.

4. Akhlak kepada orang-orang di sekitar kita, mulai dari cara memperlakukan diri sendiri, kemudian orangtua, kerabat, tetangga, hingga saudara seiman.

5. Akhlak kepada orang kafir. Caranya adalah dengan membenci kekafiran mereka. Namun, kita harus tetap berbuat adil kepada mereka. Agama memperbolehkan kita berbuat baik pada mereka selama hal itu tidak bertentangan dengan syariat Islam, atau untuk mengajak mereka pada Islam.

6. Akhlak terhadap lingkungan dan makhluk hidup lain. Caranya dengan berusaha menjaga keseimbangan alam, menyayangi binatang, melestarikan tumbuh-tumbuhan, dan lainnya. Wallahu a'lam. KH Abdullah Gymnastia/dokrep/Juli 2005

Belajar Mengaji diproritaskan Untk Anak2..

readquranPemerintahan Turki baru-baru ini membuka kelas-kelas belajar, mengaji, sekaligus hafalan al-Qur’an untuk anak- anak negerinya yang tengah menjalani liburan tahunan musim panas. Kebijakan pemerintah untuk membuka kelas-kelas tersebut terbilang baru.

Kelas-kelas ini dibuka secara gratis, dan dikelola oleh para profesional dan guru-guru al-Qur’an terbaik. Selain itu, kelas-kelas ini pun tak hanya dibuka di kota tertentu saja, melainkan di hampir seluruh provinsi-provinsi Turki, mulai dari Aegean di Eropa hingga Diyarbakar di wilayah timur. Tak pelak, masyarakat Turki yang mayoritas Muslim pun menyambut baik kebijakan ini, dan berbondong-bondong memasukkan anak- anak mereka ke kelas-kelas qur’ani tersebut.

Kebijakan ini tak lepas dari peran pemerintahan Turki yang dikuasai oleh AKP (Partai Keadilan dan Pembangunan) dengan PM-nya Recep Tayep Erdogan dan Presidennya Abdullah Gul.

Sejak masa kekausaannya, partai berhaluan Islam moderat ini menampakkan komitmen dan kesungguhannya untuk menjaga tradisi dan nilai-nilai Islami, sekaligus memajukan Turki dari segala bidang, seolah tak mau kalah oleh tetangga mereka: Eropa.

Kelas-kelas tersebut nantinya akan dibawahi oleh Dewan Fatwa Turki sekaligus Lembaga Amal dan Wakaf Turki yang mendapat dukungan penuh dari Kepala Badan Keagamaan Turki.

Selain itu, untuk menambah kesuksesan program al-Qur’an ini, pemerintahan Turki juga akan memberikan penghargaan kepada kelas-kelas dan madrasah-madrasah yang dapat menyelanggarakan program ini dengan baik.

Dengan dibukanya kelas-kelas al-Qur’an tersebut, semoga kecintaan masyarakat Turki terhadap al-Qur’an kian meningkat, dan dapat mengamalkan ajaran-ajaran luhur dan mulianya dalam kehidupan sehari-hari.

============

Hmm…sungguh bertolak belakang dengan di Indonesia. Saat ini banyak para tahfizul-tahfizul Game Online usia 5-8 tahun yang sering meng-khatamkan permainan mereka di Warnet. Alangkah sedihnya jika melihat adik-adik kita yang masih imut dan belia di warnet hanya sekedar main game. Alangkah baiknya jika mereka memanfaatkan waktu itu dengan mentadaburi Al-Quran. Sungguh, ini menjadi PR besar buat kita para Kakak atau orang tua dalam mendidik adik atau anak-anak kita. (L2/db)

Harapan Orang Tua ...

ANAK KITA

By Hasan Basrie Alcaff
Kamis, 23 Juli 2009 pukul 11:25:00
Font Size A A A
Email EMAIL
Print PRINT
Facebook
Bookmark and Share
ANAK KITA HIZBUT TAHRIR
Fitrah dan naluri semua orangtua adalah mencintai dan menyayangi anak-anaknya, tak terkecuali anak kita itu hitam kulitnya, kuning langsat, kurus, ataupun gemuk. Dalam pikiran orangtua hanya terbetik kata ''alhamdulillah'' anak kita sehat.

Islam pun selalu menitikberatkan pada pemeliharaan anak. Dan dari saking pentingnya kedudukan anak bagi seseorang, sehingga mereka mendapatkan berbagai julukan yang indah-indah, semisal 'penghibur hati'. Hanya saja sebagai orangtua, kita tidak hanya selalu dituntut untuk membesarkan anak kita itu, namun lengah dengan berbagai bekal pendidikan untuk mereka, pendidikan yang dimaksud, bisa saja dengan 'doa'. Allah sendiri berfirman: ''Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku penuhi (QS al-Mu'min: 60).

Sebagai orangtua, kewajiban kita selalu tidak putus-putusnya mendoakan mereka, ''Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa min dzurriyyatinaa qurrata a'yun wa ij'alnaa lil muttaqiena imaama.'' Ya Allah, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari istri-istri kami dan keturunan (anak) kami sebagai biji mata (kami), dan jadikanlah kami pemuka bagi orang-orang yang bertaqwa.'' (QS al-Furqan: 74). Firman Allah di atas jelas akan berdampak positif bagi anak-anak kita, istri dan keturunan kita kelak. Timbal baliknya, tanpa disuruh anak kita akan membalas doa juga pada kita. Ketika anak kita duduk di bangku TK sudah dengan fasihnya melantunkan doa: ''Rabbirhamhumaa kamaa rabbayaani shaghiira.'' Tuhanku, kasihanilah keduanya (ayah dan ibu) sebagaimana kasih mereka mendidikku sewaktu kecil.'' (QS al-Isra': 20).

Dalam terminologi bahasa, anak, sebagai penerus generasi, merealisasikan cita-cita orangtua dan pendidiknya. Seorang anak yang bahkan dahulunya sangat rentan, akhirnya membangun keluarga, beranak cucu, memberikan pendidikan baru, melahirkan keluarga sakinah. Dan inilah tujuan utama dari perpaduan antara suami istri yang dilandasi keteguhan iman dan ditopang oleh asas Qurani dan Sunnah Nabi saw.

Tapi jangan terlupakan, tugas kita sebagai orangtua bukan hanya membesarkan anak kita terlihat sehat badan, melainkan yang lebih penting perhatian kita juga pada masalah kesehatan batinnya. Sehubungan dengan itu, Islam dengan tegas menghendaki setiap orangtua melaksanakan kewajiban yang menjadi hak bagi setiap anak. Di antaranya ialah: pertama, pembimbing keterampilan beribadah. Keterampilan ini penting artinya, agar kelak mereka dapat memenuhi tujuan hidupnya untuk menghambakan diri semata kepada Allah. Nabi bersabda, ''Apabila anak sudah dapat membedakan antara tangan kanan dan tangan kirinya, maka suruhlah dia mengerjakan salat.'' (HR. Abu Daud).

Kedua, kemampuan sosial. Keterampilan ini memang sangat luas untuk kita berikan, hanya saja kita berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan perhatian dan kasih sayang pada mereka. Perhatian semacam ini akan menumbuhkan karakter serta kemampuan dasar anak menyayangi dan memperhatikan orang lain di lingkungan masyarakatnya kelak. Nabi bersabda, ''Barang siapa tidak mengasihi, tidak akan dikasihi.'' (HR.

Bukhori-Muslim). Ketiga, keterampilan belajar. Allah telah menjelaskan, bahwa anak dilahirkan dalam keadaan tak tahu apa-apa (al-Nahl): 78). Oleh karenanya, Nabi saw menegaskan, ''Kewajiban orangtua atas anaknya, ialah membaguskan namanya dan budi pekertinya, mengajari menulis, berenang, dan memanah, dan tidak memberinya rezeki kecuali yang baik, dan mengawinkannya apabila ia telah berkehendak.'' (HR. Hakim). Apabila kita mampu memberikan ketiga keterampilan di atas, secara logika kita telah terbebas dari pertanggungjawaban amanah dari Allah ini. Semoga kita dapat melakukannya. Amien. - ahi

Awal dari keperdulian PUI ...

PUI akan Benahi 1.474 Madrasah di Jabar


BANDUNG--Setelah hampir 30 tahun tiarap karena kondisi politik, Persatuan Ummat Islam (PUI) akan membenahi organisasinya yang sudah berumur satu abad, yaitu dengan membenahi sumber daya manusianya. Salah satu caranya, dengan meningkatkan kualitas pendidikan.

Menurut Ketua Pimpinan Wilayah Jabar, Djadja Djahari, kualiatas madrasah yang ada di Jabar belum cukup baik. Oleh karena itu, PUI akan berusaha untuk meningkatkan kualitas 1.474 madrasah dari mulai ibtidaiyah sampai ke perguruan tinggi.

''Beberapa madrasah yang kami miliki memang sudah ada yang berprestasi. Misalnya madrasah yang ada di Tasikmalaya dan Jatibarang-Indramayu. Tapi, secara keseluruhan madrasah yang ada belum terdengar gaungnya,'' ujar Djadja kepada wartawan, usai acara Peringatan Seabad PUI, Ahad (26/7).

Menurut Djadja, pihaknya tidak mungkin dalam waktu singkat menjadikan 1.474 madrasah itu menjadi sekolah unggulan. Oleh karena itu, sebagai langkah awal PUI memiliki target akan membuat satu madrasah unggulan di semua kabupaten/kota yang ada di Jabar untuk semua jenjang.

Dalam waktu tiga tahun, sambung dia, di 26 kabupaten/kota di Jawa Barat akan ada madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah unggulan. Untuk perguruan tinggi, yang dimiliki PUI hanya di Ciamis dan Sukabumi. ''Selain karena kondisi politik, belum berkualitasnya madrasah yang dimiliki PUI karena masalah anggaran,'' katanya.

Untuk organisasi PUI sendiri, kata Djadja, pihaknya akan membangun kembali organisasi setelah 10 tahun yang lalu kurang bagus. Pembenahan itu, kata dia, mulai dilakukan awal tahun 2008. Hasilnya, dalam jangka waktu satu tahun PUI berhasil menambah 250 cabang baru. Dari 100 cabang, menjadi 350 cabang. "Cabang yang kami dirikan itu, pengurus PUI di setiap kecamatan,'' ujar Djadja.

Menurut Ketua PP PUI, Ahmad Heryawan, pihaknya akan mengadakan pembaharuan. Yaitu, mengembalikan pemahaman keagamaan pada pemahaman islam yang dipahami oleh pendahulu islam. Islam yang sesungguhnya, kata dia, memiliki pemahaman mendamaikan masyarakat, mengangkat masyarakat dari keterpurukan pada kesejahteraan. ''Pemahaman yang sahih dan benar seperti itu,'' tegas Heryawan.

Menyoroti masalah teroris yang melakukan pengeboman, Heryawan mengatakan, perilaku tersebut tidak menyelesaikan masalah dan itu bukan pemahaman islam yang benar. Pemahaman islam yang benar, bisa memberdayakan masayarkat.

Adanya razia ke pesantren-pesantren, Heryawan meminta semua pihak agar tidak bersikap terlalu berlebihan. Kalau ada razia, sepanjang semua pihak baik itu masyarakat maupun aparat menyikapinya tidak berlebihan, tidak menjadi masalah. ''Pesantren di Jabar, tidak perlu dirazia karena aman,'' tegas Heryawan. kie/kem

Dimulai mewajibkan masuk Sekolah Dasar

Saatnya Sekolah Wajibkan Baca Tulis Alquran

Saatnya Sekolah Wajibkan Baca Tulis Alquran

BLOGSPOT.COM

SEMARANG--Pengembangan kemampuan membaca dan menulis Alquran di kalangan pelajar/siswa di Jateng, sudah saatnya mendapatkan dukungan dari pemerintah. Dukungan yang dimaksud berupa kebijakan atau regulasi yang mewajibkan tiap sekolah memberikan materi pembelajaran membaca dan menulis Alquran.

Membaca dan menulis Alquran -- berikut pemahamannya -- sudah menjadi bagian dari pendidikan umat. Khususnya dalam rangka membangun ahlak dan iman generasi penerus bangsa. "Sekarang tinggal goodwill (itikad baik) dari pemerintah untuk membuat terobosan ini," ungkap Kabag Sekretariat Kanwil Depag Jateng, Drs H Suroso SAg, pada pelantikan pengurus dan Raker Badan Koordinasi Taman Pendidikan Alquran (Badko- TPQ) Jateng, di Semarang, Sabtu (25/7).

Menurutnya, pemerintah kabupaten/kota maupun provinsi, sudah saatnya mewajibkan belajar dan menulis Alquran di sekolah-sekolah, sejak dari tingkat taman kanak-kanak (TK).

Demikian pula, untuk anak-anak yang telah lepas TPQ/TPA harus diberikan pendidkan lanjutnya. Bila perlu, sertifikat belajar dan menulis alquran menjadi salah satu persyaratan yang dibutuhkan untuk masuk ke jenjang sekolah berikutnya.

Hal ini didasarkan pada persoalan masih banyaknya pelajar yang belum menguasai kemampuan membaca dan menulis Alquran.

Ia juga mengaku pernah membaca hasil riset yang menyimpulkan bahwa jumlah pelajar tingkat SMP di sebuah kabupaten di Jateng yang menguasai kemampuan belajar dan menulis Alquran tak lebih dari 12 persen.

Di Jabar, masih ungkap Suroso, kewajiban untuk memberikan pembelajaran belajar dan menulis Alquran ini sudah dilaksanakan di tiga kabupaten. Yakni di Kabupaten Sukabumi, Indramayu, dan Cianjur. "Bahkan sebagain sudah diwujudkan dalam bentuk peraturan daerah (perda) sebagai payung hukum dari upaya membumikan kemampuan membaca dan menulis Alquran tersebut," imbuhnya.

Kanwil Depag Jateng sendiri, papar Suroso untuk mengembangkan pembelajaran membaca dan menulis Alquran akan memasukkan pembinaan TPQ/TPA dari bagian Pembinaan Masyarakat (Bimas) ke bidang Pendidikan Agama Islam Kanwil Depag Jateng.

Alasannya TPQ merupakan bidang yang sangat terkait dengan program pendidikan dan pembentukan karakter. Di satu sisi anggaran di Bidang Bimas Kanwil Depag hanya sekitar delapan persen dan kemampuan Kanwil Depag untuk mendukung TPQ masih terbatas.

Sedangkan porsi anggaran Bidang Pendidikan Agama Islam Kanwil Depag mencapai 83 persen. Dengan masuk dalam bidang pendidikan agama islam, setidaknya dukungan bagi pengembangan TPQ juga akan semakin besar. "Saat ini proses ini tengah dilakukan dan tinggal menunggu perubahan struktur organisasi tata kerja (SOTK) yang baru. Paling lama tahun depan sudah akan terwujud," kata Suroso.

Terpisah Ketua Badko TPQ Provinsi Jateng, Drs Ateng Ghozali Miftah sepakat jika TPQ merupakan bagian penting dari proses pendidikan di negeri ini. Apalagi tantangan untuk membumikan kemampuan membaca dan menulis Alquran di tengah masyarakat sudah sedemikian besar. Karena itu dukungan kepada TPQ juga harus diperkuat.

"Perlu kerja keras, mengingat saat ini banyak 'hama' Alquran yang gampang menerpa generasi anak-anak. Baik lewat media elektronik maupun media-media lainnya yang bersinggungan dengan anak-anak," ujarnya.owo/kem

Jumat, 24 Juli 2009

Uang baru beredar lagi...

Pecahan Rp 2.000 Sudah Beredar

Zumrotul Muslimin
19/07/2009 17:21

Liputan6.com, Banjarmasin: Masyarakat sudah bisa memperoleh uang kertas baru pecahan Rp 2.000 di Kantor Bank Indonesia (BI). Penukaran uang ke pecahan baru itu akan dilayani petugas BI dan tidak ada prosedur khusus. Demikian diungkapkan pimpinan BI Banjarmasin Bramudija Hadinoto di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, seperti dilansir ANTARA, Ahad (19/7).

Uang pecahan Rp 2.000 menampilkan gambar Pangeran Antasari, pahlawan nasional dari Kalsel. BI merencanakan pencetakan uang Rp 2.000 sejak tiga tahun lalu. Namun karena beberapa hal rencana itu baru bisa terlaksana tahun ini. Dengan diterbitkannya uang pecahan ini diharapkan dapat membuat masyarakat lebih mengenal Pangeran Antasari.

Sedangkan untuk gambar di sisi belakang, BI rencananya menampilkan gambar tari tradisional suku Dayak yang juga bisa disebut tari giring-giring. Warga Banjarmasin menyambut gembira diluncurkannya uang Rp 2.000. "Setelah berpuluh-puluh tahun akhirnya ada juga uang yang bergambar pahlawan dari Banjar," kata salah seorang warga.

Masyarakat akan lebih mudah berbelanja jika ada uang pecahan Rp 2.000. Selain itu pedagang kecil turut terbantu karena akan lebih mudah memberikan kembalian terhadap pembeli. Dengan diluncurkannya Rp 2.000 sedikit banyak akan membuat warga Kalsel semakin mencintai rupiah serta merasa lebih dihargai sebagai salah satu bagian NKRI.(ANS)

ketrampilan peluang Bisnis

Ilmu dan Keterampilan Bisnis

By Republika Newsroom
Rabu, 15 Juli 2009 pukul 16:19:00
Font Size A A A
Email EMAIL
Print PRINT
Facebook
Bookmark and Share
Ilmu dan Keterampilan Bisnis

ADA banyak alasan mengapa kita memulai bisnis. Namun ada tiga alasan utama yang membuat kita mau memulai bisnis. Tiga alasan itu adalah Financial Freedom, Passive Income, dan More Time.

Financial Freedom, kita memulai bisnis karena keinginan kita untuk terbebas dari masalah keuangan dan keterbatasan kemampuan keuangan. Kita ingin mampu memiliki segala sesuatu sesuai dengan keinginan, misalnya ingin membeli rumah bagus, kendaraan, atau baju bagus tanpa harus menunggu saat ada diskon. Atau ingin makan di restaurant favorit bersama keluarga dan bebas memilih makanan kesukaan tanpa harus melihat besaran angka yang ada di sebelah kanan menu yang kita inginkan.

Passive Income, dengan memilili bisnis kita membayangkan akan memiliki penghasilan tanpa harus selalu bekerja untuk mendapatkannya. Kita ingin bisnis yang kita miliki mengirimkan uang secara terus menerus. Ingin memiliki pendapatan yang terus mengalir selagi kita berlibur, selagi kita bepergian, bahkan kalau perlu selagi kita tidur.

More Time, hampir sebagian besar orang yang memulai bisnis membayangkan akan memiliki waktu yang lebih fleksibel. Tidak seperti ketika masih menjadi pekerja yang sangat terikat dengan aturan dan disiplin, harus masuk sesuai jam kerja lima hari dalam seminggu, bahkan kadang - kadang harus masuk di hari libur. Dengan memiliki bisnis sendiri kita berharap bisa berlibur kapan saja, mengantar dan menjemput anak ke sekolah, pulang kampung (buat saya sesuatu yang istimewa), atau mau melakukan apapun kapan saja tanpa harus izin sakit, izin ke ini, izin ke itu yang tidak menyenangkan sama sekali.

Setelah kita memulai berbisnis, hampir semua entrepreneurs yang saya jumpai dan termasuk saya tentunya pada awal - awal saya berbisnis, bukannya mendapatkan tiga hal di atas malah justru semakin jauh dari yang kita harapkan. Bukan Financial Freedom yang kita dapatkan malah semakin hari semakin banyak utang yang kita gali, bisnis seolah-olah tak pernah henti-hentinya membutuhkan tambahan modal.

Bulan lalu kita menyuntik dana, bulan ini tak terhindarkan lagi kita harus mencari utang kesana kemari untuk menutupi cash flow, kalau tidak kita tutupi maka karyawan tidak gajian, maka supplier tidak akan mengirimkan lagi barangnya kepada kita, dan begitulah terus tanpa ada hentinya sehingga hutang semakin dalam.

Passive Income? Kita sudah lupa lagi bahwa kita pernah membayangkan memiliki passive income dari bisnis, karena setiap hari kita selalu disibukkan dengan berbagai persoalan. Bulan lalu penjualan merosot sehingga bulan ini kita harus fokus untuk membenahi penjualan. Ketika penjualan mulai kita tangani dan membaik muncul masalah piutang yang membengkak sehingga cash flow kita terganggu. Besok, inventory kita yang terlalu tinggi dan macet di gudang, dan lagi- lagi cash flow selalu menjadi masalah.

Kita jadi frustasi karena tim kita sangat tergantung dengan kita, tidak bisa memutuskan sendiri, tidak ada inisiatif, harus selalu kita kejar-kejar, bahkan banyak perintah-perintah kita yang tidak berjalan atau tidak dijalankan. Bukannya passive income yang kita dapat tetapi very very very active income yang ada.

Setelah berbisnis, bukan More Time atau waktu berlebih yang kita dapatkan, kita bahkan sudah tidak bisa lagi pulang sore seperti ketika kita menjadi pegawai dulu. Sabtu dan minggu kadang kadang harus mengurusi bisnis, waktu untuk keluarga terganggu, libur menjadi barang mahal bagi kita. Ketika menjadi pegawai, kita senang kalau ada tanggal merah. Namun, setelah jadi entreprenuer justru sebaliknya, sebal kalau ada tanggal merah, karena yang lain libur kita tetap memikirkan pekerjaan sendirian.

Banyak entrepreneur yang kehilangan orientasi dalam berbisnis karena semakin peliknya situasi, semakin dalamnya permasalahan dan semakin kompleksnya proses bisnis yang dihadapi seiring dengan bertumbuhnya bisnis yang dimiliki. Umumnya entrepreneur memulai bisnis dengan bekal semangat dan mimpi besar, dan terus demikian semakin lama bisnisnya bertumbuh tanpa mengimbangi dirinya dengan bekal pengetahuan dan ketrampilan dalam berbisnis secara memadai.

Kalau kita lihat berbagai profesi yang ada dalam kehidupan sehari-hari, hampir semua membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, menjadi dokter, pengacara, dosen, guru, bahkan tukang kayu, tukang las, ataupun pengemudi, semuanya memerlukan bekal pengetahuan dan keterampilan. Pengemudi perlu pengetahuan tentang jalan-jalan, pengetahuan tentang kendaraan yang dibawanya, dan juga perlu keterampilan dalam mengemudi, menghadapi kemacetan, melewati jalan menanjak, dan memberhentikan kendaraannya dengan aman.

Demikian juga dengan entrepreneur, kita tidak dapat membangun bisnis sesuai dengan keinginan kita tanpa pengetahuan dan keterampilan, membangun bisnis yang menjadi mesin pencetak uang bagi kita, bisnis yang jalan tanpa setiap saat mengharuskan kehadiran kita, dan bisnis yang bisa mengantarkan kita meraih impian-impian kita.

Pengetahuan dan Keterampilan, itulah kuncinya. Menjadi entrepreneurs dituntut untuk selalu menuntut ilmu dan belajar, tidak hanya belajar dari pengalaman kita sendiri tetapi juga harus belajar dari pengalaman orang lain, dengan membaca buku, majalah, atau mencari mentor dari entrepreneur yang sudah berhasil membangun bisnis. Dengan pengetahuan dan ketrampilan yang kita miliki sebagai entreprenuer kita akan terhindar dari berbagai persoalan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. *)

Usaha yang membawa hasil...

Krisis Membawa Berkah

By Republika Newsroom
Jumat, 19 Desember 2008 pukul 10:31:00
Font Size A A A
Email EMAIL
Print PRINT
Facebook
Bookmark and Share
Krisis Membawa BerkahREPUBLIKA

Fadil Fuad Basymeleh

''Kalau tidak ada krisis tahun 1997, mungkin sampai sekarang saya masih melayani pesanan orang di bidang percetakan. Justru karena ada krisis itulah akhirnya saya berkembang menjadi seorang pebisnis di bidang software house dan menjadi market leader di bidang software akuntansi,'' ungkap pendiri dan Chairman PT Zahir Internasional, Fadil Fuad Basymeleh.

Lelaki yang pernah menimba ilmu di Teknik Fisika ITB Bandung itu, sejak umur 20 (tahun 1991) tahun sudah menggeluti bisnis. Awalnya dia terjun ke bisnis setting dan lay out. Fadil terpaksa berhenti kuliah pada 1996. Keputusan tersebut diambil setelah dia menerima kucuran kredit sebesar Rp 50 juta dari PT Sarana Modal Ventura. ''Waktu itu saya harus fokus untuk menjalankan bisnis, apalagi setelah mendapat tambahan modal,'' ujar Fadil.

Pada 1997, Fadil kembali mendapat kucuran modal senilai Rp 600 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli mesin cetak. Tapi, krisis ekonomi pada 1997 telah menghempaskan bisnisnya. Pada saat itulah Fadil berpikir, untuk bisa mendapatkan kucuran kredit, biasanya bank atau kreditor mensyaratkan adanya laporan keuangan yang tersusun rapi. Dari situlah Fadil iseng membuat software akuntansi yang bisa membantunya mengambil keputusan bisnis dalam waktu cepat. Peranti lunak itu dijual kepada orang lain dan ternyata disukai. Fadil Fuad Basymeleh yang baru berusia 26 tahun beralih ke bisnis software house

Karena itulah, dalam pandangan Fadil, krisis itu bukan sesuatu yang harus ditakuti. ''Tak perlu takut, apalagi cemas menghadapi krisis keuangan global yang terjadi saat ini. Krisis justru membawa berkah, asalkan kita bisa menyikapinya dengan baik,'' tandasnya.

Bagaimana caranya? Fadil membagi beberapa rahasia.

  • Pertama, selalu berprasangka baik kepada Tuhan, bahwa pasti ada hikmah di balik setiap kesulitan, termasuk krisis keuangan global yang terjadi saat ini.
  • Kedua, bersungguh-sungguh dalam menekuni usaha bisnis. ''Kita harus tetap fokus pada bisnis inti (core business) kita. Semakin fokus, semakin tajam, sehingga kita akan semakin sukses,'' ujarnya.

  • Ketiga, kita harus menjadi pengusaha yang baik dan benar. ''Berbisnislah dengan cara yang baik dan benar, jangan menipu, jangan merugikan orang lain, terutama konsumen,'' tegasnya.

  • Keempat, dari sisi spiritual, jangan lupa untuk selalu berbagi kepada mereka yang tidak berpunya. ''Keluarkan zakat dan perbanyak sedekah, sebab dalam harta kita terdapat hak-hak orang lain, khususnya fakir dan miskin,'' tuturnya. Masih ada rahasia lainnya yang selalu dijaga oleh Fadil, yakni mahabbah (cinta dan bakti) kepada orang tua, terutama ibu. ''Orang tua merupakan jimat sukses dalam bisnis. Karena itu kita harus selalu menghormati, menyayangi dan berbakti kepadanya,'' tandas Fadil.


Limpahan rezeki

Direktur Suteki IT Solutions, Devid Hardi sependapat dengan Fadil Fuad Basymeleh. Ia mengakui, secara umum, krisis global memang akan berdampak besar bagi hampir seluruh usaha di dunia. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya perusahaan yang bangkrut dan PHK secara besar-besaran. ''Namun dari sudut pandang software house seharusnya terjadi efek sebaliknya. Bagaimanapun sebuah organisasi bisnis tetap harus berjalan dengan baik dalam segala kondisi yang dihadapi, justru teknologilah yang dapat membantu menyelesaikan pekerjaan skala besar dengan baik oleh SDM yang relatif lebih sedikit. Sehingga dengan perampingan struktur organisasi bisnis, seharusnya kebutuhan pada software semakin tinggi'' tuturnya.

Ia menambahkan, khusus bagi pelaku ICT lokal, beberapa periode ke depan (akibat krisis global) akan mendapat ''limpahan rezeki'' dari perusahaan luar negeri. ''Berbeda dengan bidang-bidang lain, pelaku ICT di Indonesia masih disegani oleh pelaku ICT global, terutama untuk kawasan Asia,'' ujarnya.

Devid menyebutkan, sistem out source membuat banyak sekali pekerjaan dari luar negeri justru tenaga ahlinya (terutama programmer) orang Indonesia. Selain kualitas kerja memang bisa diandalkan, biayanya juga jauh lebih murah daripada tenaga ICT global. ''Limpahan kerja ini telah berlangsung lama, dan akan semakin meningkat dengan adanya krisis global ini. Kenyataannya pelaku ICT Indonesia bisa merajalela, minimal di kawasan Asia Tenggara. Kenapa tidak bisa kita menjadi tuan dirumah sendiri?'' paparnya.

DEvid mengemukakan, bisnis software pada saat ini perkembanganya cukup bagus. Ada beberapa alasan yang mendasari.

  • Pertama, sudah mulai muncul kesadaran pada sebahagian masyarakat kita akan pentingnya suatu sistem yang dapat membantu kerja manusia dalam mengelola data suatu organisasi secara teratur, tertata dan terintegrasi sehingga kondisi riil suatu organisasi dapat diketahui secara cepat dan akurat oleh para pengambil kebijakan.

  • Kedua, telah mulai terbentuk kepercayaan dari industri, lembaga pendidikan dan instansi pemerintahan akan kualitas software buatan anak bangsa.
  • Ketiga, dengan populasi penduduk Indonesia yang cukup besar, semakin berkembangnya berbagai industri pada daerah sub urban, telah dan akan meningkatnya kebutuhan akan software di masa yang akan datang.

  • Keempat, saat ini software telah menjadi suatu keharusan atau kebutuhan pokok bagi instansi yang benar-benar ingin maju dan kompetitif. Jikapun ada beberapa instansi masih menganggap software tidak/belum perlu, itu hanya masalah waktu. Ke ''depan, instansi yang tidak siap untuk berkompetisi di era globalisasi ini akan mati dengan sendirinya secara perlahan-lahan,'' tegas Devid Hardi. ika/yto