Jumat, 06 November 2009

Mengatasi Si Kecil Mengi,,,

Current Article / Surya Online

Si Kecil Mengi? Tak Berarti Asma Lho

Napas si Buyung sesekali terdengar bersuara. Sesaat tersendat-sendat, sejurus mengeluarkan bunyi yang mirip mengi orang dewasa. Apalagi, gejalanya bertambah parah di sela tidur malam si Buyung. Ibu pun khawatir buah hatinya terserang asma.

Dr Laksmi Wulandari SpP, dari Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menepis, jika mengi (wheezing) pada anak dibawah lima tahun (balita) tak berarti penyakit asma.
"Mendiagnosa asma pada balita yang berumur kurang dari tiga tahun, tidaklah mudah. Sebab bisa jadi ia hanya mengalami bronchiolitis atau radang di bagian bronchiol. Berbeda dengan asma, peradangannya sudah kronis dan mencakup seluruh saluran pernapasan. Manifestasi bronchiolitis juga mengi mirip orang asma. Barulah kalau ia sudah berusia lima tahun bisa didiagnosa asma atau bukan," jelasnya.

Menurut Laksmi, kasus yang umum terjadi pada anak yang mengalami mengi disebabkan oleh alergi. "Faktor pencetus alergi bisa bermacam-macam. Dari makanan, udara dingin, polusi udara, serta bakteri. Orangtua perlu mengenali alergi anaknya. Bila anak mengalami bronchiolitis, menghindari alergen saja sudah cukup," ujar Staf Medis Fungsional (SMF) Paru FK Unair/RSU Dr Soetomo ini.

Perjalanan alergi (allergic march), bisa terlihat sejak anak berusia kurang dari tiga tahun. "Misalnya, di usia tersebut anak mudah mengalami atopic dermatitis seperti biduren. Dilanjutkan dengan rhinitis allergic seperti bersin-bersin, batuk dan meler (lendir encer keluar dari hidung- Red). Bila gejala semacam ini dialami terus-menerus, besar kemungkinkan pada saat dewasa anak mengalami asma," timpalnya.

Asma sendiri merupakan radang kronis saluran pernapasan yang melibatkan berbagai sel radang yang berakibat penyempitan saluran napas. Gejalanya ditandai dengan sesak napas, rasa berat di dada, mengi, terutama batuk-batuk di malam/dini hari.

Menurut Laksmi, dasar penyakit asma adalah alergi. Bakat alergi inilah yang biasanya diturunkan. Itu sebabnya untuk mendiagnosis asma, diperlukan riwayat kesehatan keluarga sedikitnya dua generasinya sebelumnya. Ada beberapa jenis allergen asma, bakterial, polusi udara, virus, uap iritan (misalnya berasal dari aktivitas menggoreng), udara dingin, kelelahan dan stres, jenis makanan tertentu, serpihan bulu/kulit hewan.

"Penyebab terbanyak umumnya karena tungau (kutu) debu rumah, hawa dingin, dan infeksi bakteri. Di manca negara, asma juga banyak kambuh di musim gugur. Pada musim ini tepung sari bunga banyak diterbangkan angin," contohnya.

Alergi yang dibiarkan, biasanya akan menjadi acute symptom. Gejala akut yang dibiarkan bisa mengakibatkan exacerbation (sering kumat). Kambuh yang berlarut-larut akan berubah menjadi permanen (airway remodeling). Ini mengingat sifat gejala asma yang reversibel bisa kembali kambuh baik secara spontan maupun dengan pengobatan.

"Penyakit asma meski sifatnya genetik namun dengan penatalaksanaan yang bagus dan menganut pola hidup sehat maka gejalanya bisa dikurangi. Sama halnya dengan penyakit semacam darah tinggi (hypertension) dan kencing manis (diabetic) penyakit ini memang seumur hidup namun gejalanya sangat bisa dikendalikan," kata Laksmi. n

Jika Positif Asma

BILA anak telah didiagnosa menderita asma, hal yang penting dilakukan orangtua:
* Sebisa mungkin jauhkan anak dari paparan zat penyebab alergi (allergen), melakukan pengobatan, dan evaluasi atau kontrol kesehatan paru setiap tiga bulan.

* Pengenalan stadium dan pengobatan, juga tak kalah penting. Gejala batuk mengi yang intensitas munculnya kurang dari sekali setiap minggunya tergolong stadium intermitten.

Pada stadium ini belum memerlukan pengobatan serius, cukup menghindari atau mengobati bila terjadi serangan. Bila memsuki stadium persistent bahkan sever persistent, dengan intensitas batuk mengi lebih dari sekali seminggu bahkan terus-menerus, barulah pasien perlu pengobatan serius.

"Pada beberapa kasus, kegagalan penangan asma bisa dikarenakan tiga hal. Pengendalian lingkungan buruk, pasien bandel yang enggan menjauhi allergen, tak disiplin terapi farmakologi (obat-obat), dan teknik pengobatan yang kurang tepat," katanya.

* Tiga jenis pengobatan yang lazim untuk penderita asma, jenis obat minum, suntik dan semprot. Fungsinya untuk melebarkan saluran pernapasan. "Jenis obat semprot paling efektif karena langsung mengena saluran pernapasan, efek sampingnya pada tubuh juga relatif kecil.

Kelemahannya, harga lebih mahal dibandingkan jenis obat lainnya. Usahakan melakukan teknik semprot hirup yang tepat agar obat tepat sasaran. Jangan lupa segera kumur seusainya untuk mencegah penumpukkan kuman di dalam mulut akibat obat tersebut," saran Laksmi.

* Untuk membantu mengecek fungsi paru pada penderita asma, ada baiknya menyediakan alat sederhana Mini Wrigth Peak Flow Meter di rumah. Alat ini cukup ditiup dan pada sisi luarnya terdapat alat ukur. Pada penderita asma, umumnya daya tiupnya tak lebih dari 80 persen atau kurang dari dua liter. n ame

Dwi Pramesti YS/dm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar