Selasa, 11 Agustus 2009

Bergabung bersama ELFASenior LFA00002564 Ps:SUKSES

Atau hubungi hp :081 3210 31606 ( Dede Mulyono )

R A N G K U M A N MARKETING PLAN ELFASENIOR PROGRAM

Setiap member Elfasenior bisa menikmati 2 Plan sekaligus, Plan A dan Plan B.
Plan A : Menguntungkan bagi mereka yang bisa mengsponsori.
Plan B : Menguntungkan bagi mereka yang bisa mensponsori dan juga yang tidak bisa mensponsori.

“Hal ini yang membuat Program Elfasenior beda dengan yang lain”

BONUS-BONUS YANG BISA DIRAIH

------------------------------------------------------------------------------------------------
PLAN A PLAN B

Bonus Sponsor
Rp 30.000 / titik (Tanpa Batas)

-

Bonus Matching/Pasangan
-Rp 22.500 / pasang (Cash). Maks Rp 270.000/hari
-Rp 7.500 / pasang (Pulsa). Maks Rp 90.000/hari

Bonus Matching/Pasangan
Rp 7.500 / pasang. Maks Rp 90.000 / hari

Bonus Titik/Pengembangan
-Rp 1.000 / titik. Peluang Rp 2.097.150.000,-

Bonus Titik/Pengembangan
-Rp 500 / titik. Peluang Rp 1.048.575.000,-

Bonus Volume Pembelian Pulsa
Peluang Rp 156.000.000 / bulan

-

Bonus Per Transaksi
Rp 10,- / transaksi

-

Bonus Prestasi

-

Bonus Royalty

-

-------------------------------------------------------------------------------------------------

GAMBARAN JEJARING ANDA DI PLAN A & PLAN B


Di Plan A, pendaftar urutan no. 5 dan 6 belum punya member, tetapi di Plan B mereka sudah mempunyai member/downline. Untuk meraih keuntungan di Plan B ini caranya sederhana, yaitu :

SEGERA BERGABUNG DENGAN ELFASENIOR

Cara bergabung dengan ELFASENIOR :

  1. Lihat prosedur menjadi member di marketing plan
  2. Baca Term & Condition
  3. Www.elfasenior.com

Minggu, 09 Agustus 2009

Menghadapi Hidup dengan Hati...

Meraih Kesuksesan dengan 7B

Bookmark and Share
Harta, pangkat, dan jabatan yang sering kali dijadikan tolak ukur kesuksesan, dalam praktiknya kerap menjerumuskan orang pada kesesatan.

Semoga Allah Yang Mahaagung mengaruniakan kepada kita kehati-hatian atas kesuksesan. Sebab, orang yang diuji dengan kegagalan ternyata lebih mudah berhasil dibandingkan mereka yang diuji dengan kesuksesan.

Banyak orang yang tahan menghadapi kesulitan, tapi sedikit orang yang tidak tahan ketika menghadapi kemudahan. Ada orang yang bersabar ketika tidak mempunyai harta, tapi banyak orang yang tidak bisa mengendalikan diri saat dikaruniai harta yang melimpah. Ternyata, harta, pangkat, dan jabatan yang sering kali dijadikan tolak ukur kesuksesan, dalam praktiknya kerap menjerumuskan orang pada kesesatan.

Apa sebenarnya kesuksesan itu? Boleh jadi setiap orang memiliki pandangan berbeda mengenai kesuksesan. Namun secara sederhana, sukses bisa dikatakan sebagai keberhasilan akan tercapainya sesuatu yang telah ditargetkan. Dalam pandangan Islam, kesuksesan tidak sekadar aspek dunia belaka, tapi menyentuh pula aspek akhirat.

Kesuksesan, setidaknya mencakup lima hal. Pertama, kalau aktivitas yang kita lakukan menjadi suatu amal. Apalah artinya kita banyak berbuat kalau tidak bernilai amal. Kedua, bila nama kita semakin baik. Apalah artinya kita mendapatkan uang, mendapatkan harta atau kedudukan kalau nama kita coreng-moreng. Ketiga, kalau kita terus bertambah ilmu, pengalaman, dan wawasan. Apalah artinya jika harta bertambah, tetapi ilmu dan pahala tidak bertambah. Bila ini yang terjadi, kita hanya akan terjebak oleh harta yang kita miliki.

Keempat, kita disebut sukses kalau kita dapat menjalin silaturahmi dengan orang lain, sehingga bertambah saudara. Apalah artinya mendapatkan uang dan kedudukan, tetapi musuh kita bertambah banyak. Dengan terjalin silaturahmi, insya Allah akan semakin banyak orang yang mencintai kita. Bila orang sudah cinta, maka ia akan mengerahkan ilmunya untuk menambah ilmu kita, mencurahkan wawasannya untuk mengembangkan wawasan kita, serta memberikan tenaga dan hartanya untuk melindungi kita.

Kelima, kita disebut sukses bila pekerjaan yang kita lakukan dapat memberikan manfaat yang besar kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak manfaatnya". Semakin banyak menjadi jalan kesuksesan bagi orang lain, maka semakin sukseslah diri kita.

Pada hakikatnya kesuksesan itu milik setiap orang. Yang menjadi masalah, tidak semua orang tahu bagaimana cara mendapatkan kesuksesan itu. Setidaknya ada tujuh formula yang dapat kita lakukan untuk meraih kesuksesan tersebut. Saya menyebutnya dengan 7B. Ketujuh teknik ini harus ada semuanya, jika salah satu tidak ada, maka belum bisa dikatakan sebuah kesuksesan.

B pertama, beribadah dengan benar. Ibadah adalah fondasi dari niat, fondasi dari track yang akan kita buat. Siapapun yang ingin membangun kesuksesan, ia harus memperbaiki ibadahnya. Perbaiki, terus perbaiki ibadah. Siapa yang akan membimbing kita jika ibadah kita buruk? Siapa yang akan melindungi kita dari ketergelinciran kalau ibadah kita tidak jalan? Bukankah Allah SWT berjanji akan menolong orang-orang yang ibadahnya baik. Intinya, ibadah adalah fondasi yang akan membuat kita agar senantiasa terjaga dalam jalur yang tepat.

B kedua, berakhlak baik. Akhlak yang baik adalah bukti dari ibadah yang benar. Apapun yang kita lakukan, kalau dilandasi akhlak yang buruk niscaya akan berakhir dengan kehancuran. Apa yang dimaksud akhlak yang baik itu? Merespons segala sesuatu dengan sikap yang terbaik.

B ketiga, belajar tiada henti. Karena itu, pertanyaan yang harus kita ajukan adalah apakah kita menyukai belajar? Setiap hari masalah bertambah, kebutuhan bertambah, dan situasi berubah. Bagaimana mungkin kita menyikapi situasi yang terus berubah dengan ilmu yang tidak bertambah!

B keempat, bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas. Curahan keringat tak selalu identik dengan kesuksesan. Berpikir cerdas adalah merupakan bagian dari kerja keras. Pada prinsipnya, sebuah hasil yang maksimal akan diraih bila kita mampu mengaktualisasikan ibadah, akhlak, dan ilmu kita dalam pekerjaan yang berkualitas.

B kelima, bersahaja dalam hidup. Ini poin yang sangat penting. Banyak orang bekerja keras dan mendapatkan apa yang dia inginkan, tetapi dia tidak dapat mengendalikan dirinya. Bersahaja itu bukan miskin, bersahaja adalah menggunakan sesuatu sesuai keperluan. Dengan bersahaja kita akan memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tidak diperbudak keinginan.

B keenam, bantu sesama. Gemar membantu orang lain adalah tanda kesuksesan. Kita harus gigih agar kelebihan yang kita miliki dapat menjadi nilai tambah bagi sesama.

B ketujuh, bersihkan hati selalu. Bila hati kita berpenyakit, maka akan tumbuh rasa ujub, ria, sum'ah, takabur, dan lainnya. Kondisi ini akan membuat amal-amal kita tidak berarti; tidak indah lagi di dunia dan tidak berkah lagi untuk akhirat. Allah SWT berfirman, Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat (QS. Asy-Syu'ara: 88-89).

Andaikata formula ini kita lakukan dengan baik, Insya Allah akan berdampak untuk kesuksesan diri, berdampak pada lingkungan, dan pada saat yang sama berdampak pula pada kesuksesan kita di akhirat. Wallahu a'lam bishawab. KH Abdullah Gymnastiar

Kesempurnaan Iman

Keutamaan Akhlak

"Muslim yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya." (HR Tirmidzi dan Ahmad).Hadis ini mengungkapkan hal yang sangat penting dalam Islam, yaitu akhlak. Selain masalah tauhid dan syariat, akhlak memiliki porsi pembahasan yang sangat luas.

Secara etimotogi akhlak terambil dari akar kata khuluk yang berarti tabiat, muruah, kebiasaan, fitrah, atau naluri. Sedangkan secara syar'i, seperti diungkapkan Imam Al-Ghazali, akhlak adalah sesuatu yang menggambarkan perilaku seseorang yang terdapat dalam jiwa yang baik, yang darinya keluar perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya.

Jika sumber perilaku itu didasari oleh perbuatan yang baik dan mulia, yang dapat dibenarkan oleh akal dan syariat, maka ia dinamakan akhlak yang mulia. Namun, jika sebaliknya, maka ia dinamakan akhlak yang tercela. Abu Hurairah ra. mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah SAW pernah ditanya tentang kriteria orang yang akan masuk syurga. Beliau menjawab, "Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik" (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Tatkala Rasulullah SAW menasihati sahabatnya, beliau menggandengkan nasihat untuk bertakwa dengan nasihat untuk berakhlak baik pada manusia. Ada sebuah riwayat dari Abi Dzar Al-Ghiffary bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik" (HR Tirmidzi).

Benar, tauhid adalah inti dan pokok ajaran Islam yang harus selalu diutamakan. Namun, hal ini tidak berarti mengabaikan akhlak sebagai penyempurna. Tauhid dan akhlak sangat berkaitan erat, karena tauhid adalah realisasi akhlak seorang Muslim.

Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Makin sempurna tauhid seseorang, akan semakin baik pula akhlaknya. Sebaliknya, tatkala seorang hamba memiliki akhlak buruk, berarti akan lemah pula tauhidnya. Akhlak adalah tolak ukur kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah SAW bersabda, "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya" (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Setidaknya ada enam dimensi akhlak dalam Islam, yaitu:
1. Akhlak kepada Allah SWT. Diaplikasikan dengan cara mencintai-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, malu berbuat maksiat, selalu bertobat, bertawakkal, dan senantiasa mengharapkan limpahan rahmat-Nya.

2. Akhlak kepada Rasulullah SAW. Diaplikasikan dengan cara mengenalnya lebih jauh, kemudian berusaha mencintai dan mengikuti sunnah-sunnahnya, termasuk pula banyak bershalawat, menerima seluruh ajaran beliau dan menghidupkan kembali sunnah-sunnah yang beliau contohkan.

3. Akhlak terhadap Alquran. Diaplikasikan dengan membacanya penuh perhatian, tartil. Kemudian berusaha untuk memahami, menghapal, dan mengamalkannya.

4. Akhlak kepada orang-orang di sekitar kita, mulai dari cara memperlakukan diri sendiri, kemudian orangtua, kerabat, tetangga, hingga saudara seiman.

5. Akhlak kepada orang kafir. Caranya adalah dengan membenci kekafiran mereka. Namun, kita harus tetap berbuat adil kepada mereka. Agama memperbolehkan kita berbuat baik pada mereka selama hal itu tidak bertentangan dengan syariat Islam, atau untuk mengajak mereka pada Islam.

6. Akhlak terhadap lingkungan dan makhluk hidup lain. Caranya dengan berusaha menjaga keseimbangan alam, menyayangi binatang, melestarikan tumbuh-tumbuhan, dan lainnya. Wallahu a'lam. KH Abdullah Gymnastia/dokrep/Juli 2005

Sabtu, 08 Agustus 2009

ADA DALAM DIRI SENDIRI...

Introspeksi Diri


Introspeksi Diri

Setiap kita tentu pernah berbuat salah, melakukan dosa. Tapi, tak banyak di antara kita yang mau sibuk mengkalkulasi kesalahan-kesalahannya itu. Padahal, introspeksi diri, yakni mencoba menghitung jumlah kealpaan yang pernah kita perbuat baik kepada Tuhan maupun kepada sesama, tidak kalah pentingnya dengan menjumlah kebaikan dan jasa yang kita lakukan. Introspeksi diri (tafakkur) itu, menurut ulama besar Mesir almarhum Abbas Mahmud al-Akkad, dalam agama hukumnya wajib. Rasulullah SAW sendiri berulangkali menekankan pentingnya bertafakkur sejenak yang, kata beliau, nilainya bisa melebihi ibadah setahun.

Lalu, bagaimanakah cara bertafakkur itu menurut agama? Para ulama menyatakan, dengan salat tahajud setelah lewat tengah malam. Sebelum salat tahajud, hendaknya didahului dengan salat taobat (tobat) dua rakaat. Setelah itu, barulah dimulai bertafakkur, bermuhasabah. Untuk bertafakkur atau bermuhasabah ini, Rasulullah juga terbiasa menggedor-gedor rumah Ali r.a. dan mengajaknya melakukan amalan sunat itu. Sedang tolok ukur untuk bermuhasabah itu, Nabi SAW menjelaskan: Barangsiapa kualitas hidupnya hari ini lebih baik dari kemarin, dialah orang yang beruntung. Barangsiapa kualitas hidupnya hari ini sama dengan kemarin, maka dia termasuk orang yang rugi. Dan barangsiapa kualitas hidupnya hari ini lebih buruk dari kemarin, maka terkutuklah dia.

Tidak bisa dibantah, bahwa dosa-dosa yang kita perbuat (kalau kita jujur mengkalkulasinya) pasti tidak sedikit. Dari yang (kelihatannya) remeh seperti berkata jorok, ngomongin orang lain, prasangka, bohong, pandangan buruk sampai yang lebih berat seperti ihwal kehalalan rezeki kita, manipulasi, saling menjatuhkan, dan lain-lain.

Menjadi orang yang tidak pernah bersalah tentu mustahil. Yang penting, kita tidak berputus asa dan segera bertobat setiap kali melakukan kesalahan. Rasulullah yang dikenal maksum (bersih diri) saja, menurut sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Said dari Abu Hurairah, saban hari lebih 100 kali meminta pengampunan dari Allah SWT. Beliau mengatakan: Orang yang bertobat dari dosa, ibarat orang yang tidak punya dosa sama sekali (HR Ibnu Majah).

Abu Nawas, penyair istana Khalifah Harun al-Rasyid dari Dinasti Abbasiyah pernah mengeluh bahwa dirinya tidaklah pantas masuk surga, tapi tidak kuat dimasukkan dalam neraka. Menjelang mayatnya dimandikan, di balik dadanya ditemukan bait-bait syair yang ia tulis sebelum wafat: Dosaku bak bilangan pasir, kesalahanku terus bertambah. Ilahi, bagaimana hamba memikulnya? --HA

Kembalinya sang penyair ...

Rendra Tertarik dengan Alquran


Rendra Tertarik dengan AlquranPHOTOBUCKET.COM

Penyair adalah jalan hidup. Baik sedang berkarya atau tidak. Seorang penyair masuk dalam konteks realitas karena kepedulian akan panggilan kharismatik dari alam sekitarnya, dari debu, kerikil, lava, angin, pohon, kupu-kupu, margasatwa. Dari yatim piatu, orang-orang papa, lingkungan kampung halamannya, lingkungan bangsanya, lingkungan kemanusiaannya. Ia harus selalu peduli. Tetapi tidak cukup cuma peduli, karena harus dikaitkan dengan perintah dan larangan Allah. Apa pun, termasuk bersyair, harus menjadi ruang ibadah. Harus mengaitkan dengan kehendak Allah. Kita buat, misalnya, sajak mengenai pelacur, mengenai singkong, atau mengenai perahu. Itu juga religius selama dikaitkan dengan meraih kehendak Allah.

Kalimat di atas adalah sepenggal dari pendermaan buah pikir seniman terbaik tahun 60-an, WS Rendra. Baginya, proses kreatif dalam menulis sebuah karya sastra adalah misteri. Dia mengatakan waktu untuk menulis dalam kehidupan hanya 2-3 persen. Beberapa jam selesai. Selebihnya menyiapkan diri untuk hidup secara kreatif, menjaga daya cipta, dan daya hidup.

Si burung merak ini adalah seorang penderma pikiran yang tidak pernah menangis tak kala menghadapi kekuasaan politik. Dia sempat dijebloskan ke penjara pada 1978, dan mendapat represi pelarangan tampil di berbagai tempat.

"Saya menangis untuk masalah-masalah lain. Dulu saya pernah diminta membaca sebuah sajak. Lalu ada rekan mahasiswa yang menangis, terharu. Saya pun ikut menangis. Saya juga gampang menangis kalau membaca riwayat Nabi Muhammad. Indah sekali. Membayangkan pengorbanan Nabi yang tidak mementingkan diri sendiri. Tidak ada agama Islam, kalau tidak ada Nabi. Saya juga menangis kalau mengenangkan Asmaul Husna," tutur Rendra saat diwawancara wartawan Republika, Iman Yuniarto F, di kediamannya pada Oktober 2006.

Cahaya Islam dalam Karya Sastra Rendra


Sejak masuk Islam, Rendra mengganti namanya menjadi Wahyu Sulaiman Rendra. Rendra mengaku tahu alasan kenapa dia tertarik dengan Islam, tetapi dia sendiri tidak mengerti mengapa memutuskan masuk Islam. "Saya sebetulnya takut sekali terhadap masyarakat Islam. Tapi saya sudah lama tertarik kepada Alquran. Lihat saja. Apa ada kitab suci yang menjelaskan konsep ketuhanannya dalam kalimat yang singkat seperti Alquran?" tanyanya.

Sewaktu Rendra kuliah di Amerika Serikat (kuliah teater), saat itu sedang populer-populernya filsafat eksistensialisme. Kemudian, dia membaca kalimat, Demi waktu, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Rendra terkesan.

Menurutnya, tidak ada kitab suci yang mengatakan bahwa manusia akan selalu merugi dalam perkara waktu. "Lihat. Apa pun bisa kita budayakan, termasuk ruang. Tetapi kita tidak bisa membudayakan waktu. Apa bisa kita menghentikan hari? Dengan teknologi setinggi apa pun, magic setinggi apapun, tidak bisa kita membuat hari Rabu tidak menjadi Kamis. Termasuk saya, tidak bisa menolak kelahiran saya. Saya tidak bisa memilih untuk lahir pada abad ke-22 atau lahir zaman Majapahit," jelasnya.

Menurut Alquran, kita akan selalu merugi soal waktu. Tapi, Alquran juga menyodorkan solusi. Disebutkan hanya orang-orang tertentu yang akan selamat. Yakni yang beriman, beramal saleh, saling berwasiat dalam kesabaran dan kebenaran. Alquran tidak menyebut yang selamat adalah orang yang Islam, orang yang kaya, orang yang pintar atau orang yang sehat.

Ketika ditanya hubungan antara Islan dan karya sastranya, Rendra menjawab, "Intinya kita berwasiat dalam kebenaran. Mudahan-mudahan."